Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menciptakan Kepemimpinan Perubahan Untuk Kepala Sekolah

Menciptakan Kepemimpinan Perubahan Untuk Kepala Sekolah


Salam dan bahagia pembaca. Sahabat TREND GURU , pada kesempatan kali ini Admin ingin membagikan informasi tentang Menciptakan Kepemimpinan Perubahan Untuk Kepala Sekolah

Siapa yang akan melakukan kepemimpinan perubahan di sekolah? Kapan kita melakukan kepemimpinan perubahan di sekolah? Bagaimana kita melakukan kepemimpinan perubahan di sekolah? Untuk menjawab berbagai pertanyaan tersebut, kita perlu membahas strategi implementasi kepemimpinan perubahan di sekolah. Tahapan proses kepemimpinan perubahan dalam pengembangan sekolah digambarkan sebagai berikut:

Setelah memahami berbagai permasalahan atau kebutuhan sekolah dan menyiapkan solusi-solusinya, maka kita dapat segera melaksanakannya. Solusi-solusi tersebut diperlukan untuk menciptakan perubahan di sekolah. Jika seorang kepala sekolah tidak memahami permasalahan di sekolah, maka dia
tidak akan pernah bisa membuat perubahan di sekolah. Hal ini disebabkan karena untuk melakukan berbagai macam perubahan di sekolah dituntut adanya solusi yang tepat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah harus memahami permasalahan di sekolah karena hal tersebut adalah langkah awal untuk melakukan perubahan di sekolah.

Pertama, untuk menetapkan permasalahan atau kebutuhan sekolah maka kepala sekolah perlu memahami berbagai bentuk perwujudan permasalahan, misalnya permasalahan yang berupa kesenjangan antara kondisi ideal dan kondisi nyata yang terjadi di sekolah, permasalahan yang disebabkan oleh ketidakberhasilan sekolah dalam mencapai standar yang sudah ditetapkan, permasalahan yang disebabkan karena sekolah memandang perlu untuk melebihi standar yang ditetapkan, dan permasalahan yang disebabkan karena ketidakkonsistenan terhadap hasil atau kinerja sekolah.

Kedua, menetapkan solusi perbaikan atas sebuah permasalahan yang sudah ditetapkan, juga merupakan hal yang penting untuk diperhatikan oleh kepala sekolah.

Berikut ini beberapa situasi dan bagaimana kepala sekolah bisa menetapkan solusinya.
  • Jika permasalahan di sekolah itu terlalu besar untuk diatasi, dengan gejala permasalahan di banyak faktor/aspek/bidang, maka pecahlah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil, lalu selesaikan mana yang paling mudah untuk dilaksanakan, sehingga permasalahan yang terlalu besar menjadi lebih mudah untuk diatasi.
  • Jika permasalahan di sekolah tidak begitu jelas sebabnya maka berhati-hatilah dalam menetapkan solusi perbaikan. Lakukan penelitian di sekolah terlebih dahulu. Sebab bisa jadi setelah dilaksanakan ternyata tetap ditemukan permasalahan yang sama di sekolah atau solusi perbaikan yang sudah dilakukan di sekolah ternyata untuk permasalahan yang berbeda.
  • Jika permasalahan di sekolah disebabkan karena cara berpikir yang sama dilakukan di sekolah selama ini oleh kebanyakan orang di sekolah, dan itu menyebabkan terjadinya permasalahan di sekolah, maka gunakan metode atau pendekatan baru yang membuat semua pihak di sekolah tidak lagi menggunakan cara berpikir yang lama. 
Ketiga, melaksanakan perubahan. Melaksanakan perubahan sebenarnya adalah melaksanakan solusi perbaikan yang sudah ditetapkan. Solusi perbaikan akan menciptakan sesuatu untuk perlu diubah, antara lain:
  1. Perubahan terhadap sistem di sekolah
  2. Perubahan terhadap proses di sekolah
  3. Perubahan terhadap metode untuk melakukan sesuatu di sekolah
  4. Perubahan terhadap cara berpikir kebanyakan warga di sekolah
  5. Perubahan terhadap struktur tim atau organisasi di sekolah
Melaksanakan perubahan bisa menjadi sebuah masalah besar bagi kepala sekolah, oleh karena itu kepala sekolah perlu memahami berbagai cara dalam melaksanakan perubahan di sekolah sehingga perubahan itu bisa berjalan dengan baik. Elizabeth Kubler Ross (1965) menggambarkan bagaimana perubahan bisa terjadi melalui kurva perubahan. Kurva perubahan ini lebih dikenal sebagai kurva S (Sigmol S).
Pada saat awal perubahan terjadi Status Quo dimana semua atau sebagian orang terkejut dan menolak perubahan. Bagaimana seorang kepala sekolah mengatasinya? Pada tahap berikutnya, Disruption, semua atau sebagian orang marah dan ketakutan. Bagaimana seorang kepala sekolah mengatasinya?
Pada tahap berikutnya Exploration, semua atau sebagian orang bisa menerima. Apa yang harus dilakukan oleh seorang kepala sekolah? Dan pada tahap akhir, yakni Rebuilding, semua atau
sebagian orang berkomitmen. Apa yang harus dilakukan oleh seorang kepala sekolah?

Dari kurva tersebut bisa kita simpulkan bahwa jika kepala sekolah adalah seorang pemimpin dan manajer yang baik, maka jarang sekali terjadi adanya sebuah perubahan yang terjadi secara tiba-tiba. Kepala sekolah sebagai pemimpin dan manajer yang baik harus pandai berkomunikasi dengan semua staf, sehingga bisa memahami apa yang terjadi di sekolahnya dan melakukan tindak kepemimpinan yang relevan dengan perkembangan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh sekolah.

Perhatikan kurva lintasan perubahan berikut ini:
Ada beberapa hal yang bisa menimbulkan kegagalan dalam melaksanakan perubahan di sekolah, yakni:
  • Implementasi perubahan di sekolah memerlukan waktu lebih lama dari yang diperkirakan.
  • Banyak permasalahan di sekolah yang tidak teridentifikasi sebelumnya.
  • Aktivitas perubahan di sekolah tidak cukup terorganisir dengan baik.
  • Persaingan diantara pribadi dan kelompok di sekolah memecahkan perhatian kepala sekolah. 
  • Kepala sekolah kurang memiliki kapabilitas untuk melakukan perubahan di sekolah.
  • Instruksi dan pelatihan yang diberikan kepada kepala sekolah tidak cukup untuk melakukan perubahan di sekolah.
  • Faktor eksternal yang tidak bisa dikendalikan oleh kepala sekolah.
  • Kepala sekolah lemah dalam kepemimpinan sehingga tidak cukup efektif dalam memberikan arahan kepada staf.
  • Sistem informasi tidak cukup untuk memonitor implementasi perubahan.
Untuk dapat melakukan perubahan secara efektif sehingga beberapa hal yang menimbulkan kegagalan itu bisa dihindari maka kepala sekolah harus mampu melakukan perubahan secara terencana, sistematis dan terukur. Biasanya hal ini dikenal sebagai SMART (Specific, Measurable, Attainable, Realistic, Time Bound). Kepala sekolah juga harus memahami fungsi manajemen, yakni Planning-Implementing-Evaluating (PIE) (Dalton Mc Farland:1959).

Untuk membuat tindak perubahan yang bermanfaat, berbeda secara signifikan dan otentik maka kepala sekolah dapat menerapkan beberapa mantra berikut ini. Mantra adalah sebuah prosedur pakem yang diterapkan oleh seseorang pada saat melakukan aksi dimanapun dan kapanpun juga tindakan itu dilakukan (James Kerr, 2013).

1) Experiencial Learning (EL) dengan Design-Conduct-Evaluation-Feedback; yang kemudian dimodifikasi menjadi:
1. Persiapan
2. Pelaksanaan
3. Monitoring dan Evaluasi
4. Refleksi

2) Edwards Deming Cycle dengan P-D-C-A, yaitu:
1. Plan (perencanaan) 
2. Do (pelaksanaan)
3. Check (pengecekan)
4. Action (aksi)

3) Shewhart Cycle dengan P-D-S-A, yaitu:
1. Plan (perencanaan)
2. Do (pelaksanaan)
3. Study (belajar)
4. Act (aksi)

4) PKB Guru dengan P-I-E-R, yaitu:
1. Perencanaan
2. Implementasi
3. Evaluasi
4. Refleksi

Setelah memahami konsep dan karakteristik kepemimpinan perubahan yang terintegrasi dengan kepemimpinan pembelajaran dan bagaimana strategi aksi yang harus diterapkan, maka kepala sekolah diharapkan mampu melakukan tindak perubahan untuk menciptakan sebuah revolusi perubahan organisasi, sehingga membawa perubahan yang menjadikan semua komponen sekolah menyatu dan saling berempati untuk membawa perubahan yang dibuatnya agar lebih bermanfaat dan memiliki nilai positif terhadap organisasi. Tahapan revolusi perubahan yang dilakukan kepala sekolah mulai dari menetapkan permasalahan di sekolah, menetukan solusi perbaikan atas sebuah permasalahan yang sudah ditetapkan, dan melaksanakan perubahan.

Oleh karena implementasi kepemimpinan perubahan mengacu pada revolusi perubahan organisasi, tentunya permasalahan yang ditetapkan bukan permasalahan yang sifatnya sederhana atau dangkal yang terjadi di sekolah. Permasalahan yang dipilih adalah permasalahan yang sifatnya kompleks dan dibutuhkan tindakan kepala sekolah secara komprehensif. Permasalahan tersebut dapat diangkat dari raport sekolah, hasil akreditasi sekolah atau kajian SWOT kepala sekolah berupa data empiris 8 standar nasional yang bisa dipertanggungjawabkan. Misalnya: 80% guru di sekolah tidak pernah menulis karya ilmiah sebagai kegiatan pengembangan diri sehingga kenaikan pangkatnya terhambat.

Setelah ditemukan masalah seperti di atas (misalnya guru tidak melakukan kegiatan pengembangan diri), maka kepala sekolah harus mampu menemukan alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Solusi yang ditawarkan hendaknya bersifat inovatif, aplikatif, berorientasi jauh ke depan dan tidak menimbulkan konflik di sekolah. Selanjutnya kepala sekolah melakukan tindak kepemimpinan perubahan berupa program pengembangan sekolah yang mengandung 4 M (mempengaruhi, menggerakkan, memberdayakan, dan mengembangkan), melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pengembangan sekolah yang dilakukan, dan melakukan refleksi terhadap hasil monitoring dan evaluasi yang telah dicapai, untuk kemudian menentukan rencana pengembangan sekolah selanjutnya.

Demikian sehingga kepala sekolah menghasilkan Best Practice secara terus menerus dari waktu ke waktu, dari tahun ke tahun, dari periode ke periode. Laporan kegiatan pengembangan sekolah ini juga bisa menjadi salah satu bukti fisik dari kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutkan kepala sekolah (PKB-KS) dan selanjutnya menjadi bukti fisik dari penilaian kinerja seorang kepala sekolah. Oleh karena itu, sudah selayaknya setiap dinas pendidikan provinsi/kabupaten/ kota seharusnya memberikan dukungan kepada kepala sekolah melalui adanya pembinaan, pembimbingan, pendidikan dan pelatihan oleh pengawas sekolah kepada kepala sekolah secara berkelanjutan dan terus menerus.

Terima kasih sudah berkunjung ke Web Yok Guru TREND GURUApabila artikel ini bermanfaat Menciptakan Kepemimpinan Perubahan Untuk Kepala Sekolah, silahkan Klik LIKE dan SHARE kepada teman-teman yang lain.